5 Inovasi Seru dalam MPLS 2025: Dari Digital hingga Karakter
Tahun ajaran baru selalu membawa harapan. Bagi siswa baru bikin deg-degan pastinya. Hari pertama sekolah bagi siswa baru biasanya akan dimulai dengan kegiatan MPLS yaitu Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan (MPLS) Ramah. Mengutip dari laman kemendikdasmen Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan (MPLS) Ramah adalah kegiatan pertama bagi murid baru yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengenalkan warga, kurikulum, dan lingkungan. Kegiatan ini dirancang dengan memuliakan dan menghormati hak anak melalui pemberian pengalaman belajar yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan untuk memperkuat karakter dan profil lulusan.
MPLS kini menjadi ruang strategis untuk menanamkan nilai, membangun koneksi sosial, dan menciptakan kesan pertama yang positif terhadap dunia sekolah. MPLS mengalami banyak pembaruan. Dunia pendidikan berubah cepat, begitu pula dengan karakter siswa yang kini didominasi generasi Z akhir dan Alpha. Lalu, seperti apa wajah MPLS di era ini? Apa yang sedang tren, dan bagaimana sekolah bisa menyesuaikannya?
Jika di masa lalu MPLS diidentikkan dengan perpeloncoan dimana siswa baru kadang diberikan tugas-tugas aneh yang menyulitkan mereka. Namun seiring perkembangan regulasi dan kesadaran pendidikan, MPLS kini diarahkan sebagai sarana yang edukatif, aman, dan menyenangkan. Pandemi COVID-19 pada 2020 lalu menjadi momentum penting yang memaksa banyak sekolah melakukan MPLS secara daring. Dari sini, muncullah inovasi-inovasi baru yang ternyata membawa manfaat hingga sekarang. Kini, MPLS bukan hanya soal mengenalkan ruang kelas dan nama guru, tapi juga membangun hubungan sosial, membentuk karakter, dan menyemai semangat belajar.
![]() |
Ilustrasi Kegiatan MPLS |
5 Tren MPLS 2025 yang Muncul di Sekolah-sekolah
MPLS Berbasis Karakter dan Kesejahteraan Emosional
Generasi saat ini tumbuh di tengah tekanan akademik dan paparan digital yang intens. Karena itu, MPLS 2025 banyak diisi dengan sesi reflektif, penguatan karakter, dan kegiatan yang mendukung kesehatan mental. Hal ini diharapkan dapat memotivasi dan menumbuhkan kepercayaan diri pada murid baru.
Kegiatan seperti "Surat untuk Diri di Masa Depan", dapat dilakukan melalui sesi kenal diri lewat kuis kepribadian ringan, atau diskusi tentang emosi bersama guru BK menjadi populer. Mengajak murid menulis surat untuk diri sendiri membantu murid menetapkan tujuan sekaligus pengingat akan cita-cita dan harapan yang ingin mereka wujudkan dimasa depan. Dengan menuliskannya mereka dapat memvisualisasikan seperti apa masa depan yang mereka inginkan. Beberapa sekolah bahkan menghadirkan psikolog atau fasilitator eksternal untuk memandu sesi well-being. Ada juga yang melakukan tes bakat dan minat yang hasilnya dapat membantu murid mengenali dirinya sendiri sehingga dia tahu potensi apa yang dia miliki yang mungkin belum disadari.
Pemanfaatan Teknologi dan Media Sosial
Saat ini murid sangat familiar dengan dunia digital terutama media sosial. Kegiatan MPLS 2025 bisa dijadikan lebih kreatif dimana panitia OSIS membuat video-video penyambutan ala vlog, tur sekolah dengan gaya sinematik, hingga tantangan media sosial seperti #HariPertamaSekolah atau #MyFirstUniform.
Kegiatan ini secara tidak langsung menjadi ajang promosi sekolah. Dimana sekolah bisa membagikan konten yang bisa diakses secara daring sebelum hari pertama sekolah, seperti profil guru, peta lokasi kelas, dan etika berkomunikasi di lingkungan sekolah. Murid baru bisa mendapatkan gambaran awal tentang lingkungan sekolah dimana mereka akan menuntut ilmu. Berbekal pengenalan awal ini ini juga akan mengurangi nervous bagi murid yang sering kesulitan beradaptasi dengan lingkungan baru.
Proyek Kolaboratif Antargenerasi
Salah satu pendekatan baru yang sedang naik daun adalah kolaborasi antara siswa lama dan siswa baru. Bentuknya bisa berupa program mentor sebaya, di mana siswa kelas atas menjadi “kakak asuh” bagi adik-adik kelasnya. Ini bukan hanya mempercepat adaptasi, tetapi juga menumbuhkan empati dan tanggung jawab sosial.
Di beberapa sekolah, proyek kolaboratif juga diwujudkan dalam kegiatan kelompok lintas angkatan, seperti "Misi Kenal Sekolah", di mana siswa baru diajak menjelajahi lingkungan sekolah bersama mentor untuk menyelesaikan tantangan edukatif. Tentunya proyek ini memerlukan perencanaan yang matang dari sekolah karena melibatkan kakak kelas. Untuk langkah awal bisa dimulai dari kolaborasi dengan anggota OSIS yang umumnya sudah terbiasa berhadapan dengan murid lain dan biasanya mampu menyampaikan informasi terkait sekolah dengan model komunikasi yang lebih bisa diterima teman sebayanya.
MPLS yang Mengangkat Kearifan Lokal
Setiap sekolah punya budaya unik sesuai lokasi dan budaya masyarakatnya. Tren MPLS 2025 mendorong sekolah untuk menunjukkan jati dirinya lewat pengenalan budaya sekolah, sejarah pendirian, hingga nilai-nilai khas yang dipegang oleh para pendidik di sana. Misalnya, di sekolah dengan akar pesantren, MPLS disisipkan dengan kegiatan keagamaan ringan dan cerita inspiratif dari alumni.
Di sekolah berbasis lingkungan, MPLS dipadukan dengan tur taman sekolah, bank sampah, atau proyek kecil bertema sustainability.
Edukasi Digital dan Etika Bermedia Sosial
Mengingat dunia digital sudah menjadi bagian dari kehidupan siswa sehari-hari, MPLS kini juga memberi ruang untuk edukasi literasi digital. Topik seperti keamanan siber, jejak digital, dan cara membedakan informasi palsu menjadi hal yang penting dikenalkan sejak hari pertama. Simulasi kasus juga sering digunakan: "Bagaimana jika kamu melihat komentar negatif di grup kelas?" atau "Apa dampak mengunggah foto orang lain tanpa izin?" Dengan metode partisipatif, siswa diajak berpikir kritis dan bertanggung jawab.
Pelaksanaan MPLS tentu tidak lepas dari tantangan. Meski tren-tren ini terdengar menjanjikan, implementasinya di lapangan tentu tidak selalu mulus. Beberapa tantangan yang umum ditemui:
Fasilitas Teknologi yang Belum Merata
Tidak semua sekolah memiliki infrastruktur digital yang memadai. Akses internet dan peralatan masih menjadi kendala, terutama di daerah tertentu.Kesiapan Panitia dan Guru
Merancang MPLS yang kreatif dan bermakna butuh persiapan yang matang. Jika tidak dibekali pelatihan atau waktu persiapan yang cukup, potensi kegiatan justru tidak optimal.Filter Konten Digital
Kegiatan daring atau berbasis media sosial memerlukan pendampingan dan batasan yang jelas agar tetap aman dan tidak menimbulkan risiko baru.
Untuk menyambut MPLS yang relevan di tahun 2025 sekolah perlu membuat perencanaan sejak dini. Dengan melakukan rapat perencanaan yang melibatkan guru, OSIS, dan tenaga kependidikan. Keberadaan murid kelas atas berpotensi menjadi penggerak kegiatan yang menyenangkan dan dekat dengan cara berpikir murid baru. Panitia dapat menggunakan feedback dari tahun sebelumnya sebagai dasar perbaikan kegiatan MPLS tahun ini. Formulir evaluasi dari peserta MPLS bisa jadi alat yang sangat berguna. Guru juga dapat memfasilitasi pembuatan konten edukatif yang Ringan dan menarik, dengan menggunakan pendekatan visual, audio, dan permainan yang menyenangkan, agar murid baru tidak merasa sedang “diceramahi”.
Lebih dari sekadar “minggu perkenalan”, MPLS 2025 adalah langkah pertama membentuk budaya sekolah yang positif. Kegiatan ini bukan hanya memperkenalkan gedung, guru, atau aturan, tapi juga mempertemukan harapan-harapan kecil yang dibawa oleh anak-anak dari rumah ke ruang kelas.
Jika dirancang dengan penuh makna, MPLS dapat menjadi kenangan hangat pertama yang akan selalu diingat bukan karena tugasnya yang berat, tapi karena mereka merasa diterima dan disambut dengan tangan terbuka di tempat mereka menuntut ilmu.
Posting Komentar untuk " 5 Inovasi Seru dalam MPLS 2025: Dari Digital hingga Karakter"